Sabtu, 01 Juni 2013

makalah ghairuh mahdah


Bab 1
PENDAHULUAN
1.       LATAR BELAKANG
Agama adalah suatu sistem nilai yang diakui dan diyakini kebenarannya dan merupakan jalanmenuju keselamatan hidup. Agama merupakan suatu hakikat eksternal, dapat dikatakan agama merupakan kumpulan hukum dan ketentuan ideal yang mendiskripsikan sifat-sifat dari kekuatan Ilahiah itu dan kumpulan kaidah-kaidah praktis yang menggariskan cara beribadah kepada-Nya. Islam berasal dari kata aslama, yuslimu yang berarti menyerah, tunduk dan damai.Islam dalam arti terminologi berarti agama yang ajaran ajarannya diberikan oleh Allah kepada manusia melalui para Rasul-Nya untuk keselamatan hidup manusia.Dalam al-Quran dikatakan bahwa agama Allah adalah Islam yang telah diturunkan melalui perantara para Rasul.
Agama merupakan ibadah dan konsekuensi ibadah manusia hanya kepada Allah.Islam
dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai agama. Kata ini merupakan bentuk masdhar dari dana-yadinu, yang memiliki beberapa arti yaitu: taat atau patuh, wara’, agama, mazhab, keadaan, cara, atau kebiasaan, raja’, paksaan dan pembalasan atau perhitungan.
Apabila makna-makna di atas dikaitkan dengan arti yang dikandung oleh Islam, maka hubungan yang erat terdapat pada makna kepatuhan atau ketaatan. Dengan demikian, seorang muslim (pemeluk agama Islam) adalah orang yang telah menyatakan tunduk dan patuh kepada perintah Allah. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan ibadah yang didasari oleh hadits dan ayat al-Qur’an.
Beribadah, hanya diri sendiri dan Allah yang tahu apakah ikhlas atau karena riya?Ibadah sendiri secara umum dapat dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepada Sang Khaliq.Penghambaan itu lebih didasari pada perasaan syukur atas semua nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah padanya serta untuk memperoleh keridhaanNya dengan menjalankan titahNya sebagai Rabbul ‘Alamin.
Namun demikian, ada pula yang menjalankan ibadah hanya sebatas usaha untuk menggugurkan kewajiban, tidak lebih dari itu. Misalnya, saat ini banyak umat islam yang tidak berjamaah ke masjid kecuali shalat jum’at. Bahkan ada pula yang tidak sholat kecuali pada hari raya. Islmanya hanya ada di kartu identitas.
B.     TUJUAN
Membahas masalah ini memang butuh kejernihan dalam kita memandang. Dalam Islam ,ibadah dibagi ke dalam dua macam :
1. Apa pengertian ibadah mahdhah dan ghairu mahdah?
2. Bagaimana hakikat ibadah itu?
3. Apa saja syarat-syarat diterimanya ibadah?
C.      RUMUSAN MASALAH
1)      Mengetahui pengertian ibadah mahdah dan ghairuh mahdah.
2)      Mengetahui hakikat ibadah itu
3)      Mengetahui syarat di terimah nya ibadah


BAB 2 
PEMBAHASAN
a)      Pengertian Ibadah
Pengertian IbadahSecara etomologis diambil dari kata ‘abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun.‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untukmemperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk  ibadah atau menghamba kepada-Nya:
وماخلقتالجنوالانسالاليعبدونِ      الذريات 56
Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS. 51(al-Dzariyat ): 56).
Ibadah mahdhah = KA + SS , Karena Allah + Sesuai Syariat
Ibadah ghairu mahdhah = BB + KA , Berbuat Baik + Karena Allah

Dalam sebuah hadit qudsi, Rasulullah bersabda “Allah berfirman, hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan (ibadah mahdhah), jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amal kebaikan (ibadah ghairu mahdah) maka Aku mencintai dia” . (HR Bukhari 6021)
b)     Ibadah Mahdoh
adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan telah didesign oleh Alloh SWT kemudian diperintahkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya. Seperti sholat fardu 5 kali, ibadah puasa ramadhan dan haji. Semuanya adalah bentuk paket dari Allah turun kepada Rasulullah kemudian  wajib ditirukan oleh umatnya tanpa boleh menambah atau memperbaharui sedikitpun.
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
·         Wudhu,
·         Tayammum
·         Mandi hadats
·         Shalat
·         Shiyam ( Puasa )
·         Haji
·         Umrah
Apa pernah yang berani menambah atau memperbaharui ibadah semacam itu? Jawabannya ada, yaitu Muawiyah.Dalam Sunah Rasulullah ibadah jum’at didahului dengan 2 khotbah, sedangkan sholat 2 Id didahului sholat baru kemudian khutbah. Ibadah cara ini kemudian oleh Muawiyah diubah yaitu tatakala sholat Id, dia melangkah ke mimbar dan memberi khotbah baru kemudian sholat. Oleh para ulama’ pada masa itu telah diingatkan,
“Hai Muawiyah, sungguh engkau melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah” Kemudian Muawiyah menjawab,
“Kalau aku khutbah setelah usai sholat maka tidak ada manusia yang akan mendengarkan khutbahku” sambil berlalu menuju ke mimbar dan ia sungguh telah berkotbah sebelum sholat Id didirikan. Inilah bid’ah yang sesat itu.
Sholat dengan bahasa Indonesia, seperti yang terjadi di Jawa Timur, itu jugabid’ah dholalah (sesat) karena sholat masuk ke dalam ranah ibadah mahdoh sehingga mengubah dan menambahi aturan di dalamnya termasuk kategori sesat. Bukankah Rasulullah sduah menggariskan “Sholluu kamaa roaitumuuni usholli –sholatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku sholat”. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip, yaitu:
A.     Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama tidak ada perintah.
B.      tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
وماارسلنا من رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء
 Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 64)
 وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا… 
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
C. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebuthikmah tasyri’.Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
D. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
c)     Ibadah Ghairu Mahdah
Ibadah ghoiru mahdoh : adalah seluruh perilaku seorang hamba yangdiorientasikan untuk meraih ridho Allah (ibadah). Dalam hal ini tidak ada aturan baku dari Rasulullah. (edisi I tentang  bidah, sudah penulis singgung-- Dalam hadis Jarir ibn `Abdullah disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء
ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص
من أوزارهم شيء
“Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka.” (Lihat antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadis senada diriwayatkan oleh 5 imam antara lain, Nasa’i, Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi).
Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialahsedekah,  belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.
1.      Sedekah
v  Anjuran bersedekah :
عن ا بى هر ير ة ر ضي ا لله صلى ا لله عليه و سلم ققا ل ا ذا ما ت ا لا نلسا ن  انقةطع عنه عمله ا لا من ثلاثة ا لا من صددقة جر ية او علم ينتففع به ا و ولد صا للح ي عو له(ر و ه مسل )

Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “jika Manusia meninggal terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu : Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat baginya, dan anak sholeh yang mendoakanya”. (HR Muslim)
·      Keutamaan sedekah :
Dari ka’ab bin ‘Ujrah berkata, nabi bersabda : “Shadaqah memadamkan kesalahan sebagaimana sebogkah es mencair diatas batu karang “ (HR, Ibnu Hibban).
Kandungan hadis : Bahwa shodaqoh itu akan menyucikan jiwa dan membersihkannya dari setiap dosa / kesalahan.
  Hadis-hadis yang memotivasi untuk bersedekah :
·         Sedekah akan meredam amarah Allah, Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya sedekah itu akan meredam amarah Allah, Tabaraka wa Ta’ala.
·         Sedekah akan menghapuskan kejelekan dan melenyapkan apinya. Rasulullah SAW bersabda : “dan sedekah itu menghapus kejelekan sebagaimana air memadamkan api “
·         Dalam sedekah itu terdapat obat hati bagi penyakit tubuh. Rasulullah SAW bersabda : “obatilah penyakit kalian dengan sedekah”.
·         Dalam sedekah terdapat obat penyakit hati, Rasulullah SAW bersabda kepada orang yang mengadukan tentang sifat keras hatinya : “ apabila engkau ingin menjinakkan hatimu berikanlah makanan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim”.

 Sedekah yang paling utama diantaranya :
·         Sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena ia lebih dekat kepada keikhlasan, daripada sedekah yang dilakukan secara terang-terangan.
·         Bersedekah dalam kondisi sehat dan kuat lebih utama.
·         Bersedekah kepada kerabat. Rasulullah SAW bersabda : ‘ bersedekah kepada orang miskin itu sedekah, sedangkan bersedekah kepada kerabat keluarga memiliki dua hasil : sedekah dan silaturahim”.
·         Bersedekah kepada tetangga, Rasulullah SAW berwasiat kepada Abu Dzah r.a. “apabila engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya, dan berilah tetanggamu”. (HR Muslim).
2)   Tolong Menolong
v  Anjuran Tolong menolong :

عن ابى موس قال كان رسولالله اذااتاة طالب حاجة اقبل على جلسا ئة فقال اشفعوا فلتؤ جرواوايقض الله على لسان نبية مااحب

o   Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah Saw merapatkan jari-jari tangan beliau). (Mutafaq’alaih)
o   Kaum muslimin ibarat satu tangan terhadap orang-orang yang di luar mereka. (HR. Asysyihaab)
o   Kekuatan disertakan kepada jama’ah. Barangsiapa menyimpang (serong dan memisahkan diri) maka dia menyimpang menuju neraka. (HR. Tirmidzi)
o   Tiadalah kamu mendapat pertolongan (bantuan) dan rezeki kecuali karena orang-orang yang lemah dari kalangan kamu. (HR. Bukhari)
Kandungan Hadis :
Anjuran tolong menolong dalam ajaran islam diumpamakan sebagai bangunan yang kokoh dan saling menguatkan satu sama lain yang artinya mampu mempererat tali persaudaraan bagi orang muslim.
v  Keutamaan Tolong menolong :
o   Pertolonganmu terhadap orang lemah adalah sodaqoh yang paling afdol. (HR. Ibnu Abi Ad-Dunia dan Asysyihaab)
Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (semuslim). (HR. Ahmad)
o   Seorang menjadi kuat karena banyak kawannya. (HR. Ibnu Abi Ad-Dunia dan Asysyihaab
Kandungan hadis : tolong menolong termasuk sedekah, dan Allah selalu menolong manusia yang mau menolong sesamanya.
3)   Dakwah
v  Anjuran berdakwah disegala tempat :
جاء فى الحد يث القدسى : اوحى اللة الى موسى : ان فى امة محمد لرجالايقومون على كل شرف وواينادون بشها دةان لااله الاالله جزاء هم على جزاء الانبياء. رواه الديلمى عن انس
                       
Allah telah mewahyukan kepada Nabi Musa : “sesungguhnya dikalangan umat Nabi Muhammad terdapat orang-orang yang siap berdiri disegala tempat pegunungan dan lembah untuk bedakwah mengimbau manusia kembali kepada kalimat syahadah: la ilaha Illallah, pahala mereka disisiku (Allah) sama dengan pahala yang didapat Nabi-nabi. ( Riwayat dialami dari Annas)
Kandungan hadis : pujian kepada juru-juru dakwah yang senantiasa siap dimana-mana memanggil manusia untuk kembali menghayati dan mengamalkan kebenaran ajaran islam sepenuh-penuhnya dan seluas-luasnya secara total dan integral.

بلغوا عنى ولو آية
Rasulullah bersabda : “ sampaikanlah daripadaku meski hanya satu ayat”.
v  Keutamaan dakwah kepada Allah ;
Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah bersabda: “barangsiapa yang berdakwah kepada petunjuk maka akan mendapat pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun”.(HR Muslim : 6804).
   Kandungan hadis ; bagi orang yang berdakwah sesuai degan petunjuk, artinya sesuai degan ajaran islam secara benar, maka orang itu akan mendapatkan pahala dan tidak akan dikurangi pahalanya sedikitpun.
4)   Belajar
v  Anjuran mencari ilmu dan belajar :

وقال صلا الله عليه وسلم : طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضيع العلم عند غيراهله كعقله الخنا زير الجو هر والؤ لؤ والدهر

Rasulullah bersabda : “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain ahlinya bagaikan menggantungkan permata mutiara emas pada babi hutan (HR. Ibnu Majah).
Kandungan hadis : kewajiban mencari ilmu bagi setiap orang yang beragama islam itu tidak terbatas pada masa remaja saja, namun sampai tuapun kewajiban mencari ilmu itu tidak berhenti.
v  Keutamaan mencari ilmu / belajar :

وقال صلى الله عليه وسلم : من جاء ه اجله وهو يطلب العلم لقىى الله ولم يكن بينه وبين النبيين االا درجة النبوة
Rasulullah bersabda : “ barangsiapa yang kedatangan ajal sedang ia masih menuntut ilmu maka ia akan bertemu degan Allah dimana tidak ada jarak antara para nabi kecuali satu derajat kenabian (HR. Tabarani).
Kandungan hadis ; Mencari ilmu adalah amal yang mulia dan terpuji khususnya ilmu agama islam, sebab dengan menekuni ilmu agama berarti telah merintis jalan untuk mencari ridho Allah, dengan ilmu ia dapat menghindari larangan-larangan Allah dan menjalankan perintah Allah, karena itulah para malaikat selalu melindungi orang yang sedang menuntut ilmu dan kelak dihari akhir mereka akan mendapat kemuliaan yang hanya terpaut satu derajat degan nabi.
5)   Dzikir
v  Anjuran Berdzikir ;

يقول الله تبا رك وتعال لى فى الحديث القدسى : من دكرنى فى نفسه دكرته فى ملاء من ملا ئكته, ولا يذ كر نى فى ملاء الا ذكرته فى الر فيق الاعلى. رواه الطبرانى عن معاذ بن جبل
v  Keutamaan berdzikir ;
Dari Abu Hurairah dan Abu sa’id Al Kudri dari Nabi bersabda :”Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dinaungi malaikat, diliputi rahmat, diliputi sakinah, dan Allah menyebut nama-nama mereka dihadapan makhluk-makhluk lain di sisinya”.
Kandungan hadis : jika dalam suatu kaum berdzikir maka dia akan selalu dibawah naungan malaikat, dan selalu diliputi rahmat dari Allah dalam hidupnya, dan selalu didekati ketenangan dalam hidupnya.
6)   Menyingkirkan gangguan dijalan
عن آبي هريرة رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال بينما رجل يمشي بطر يق وجد غصن شوك على الطريق فأ خده فشكر الله له فغفر له (متفق عليه : 652و 4930)

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda : “ ketika seseorang berjalan disuatu jalan, dan dia mendapatkan ranting yang berduri kemudian ia mengambilnya maka Allah bertrimakasih padanya dan mengampuninya”. (HR. Mutafaqun ‘alaihi: 652,4940).
   Kandungan hadis : menyingkirkan ranting, bisa diartikan degan segala sesuatu yang dapat mengganggu perjalanan manusia lainnya, hendaklah ketika kita  melewatinya mau menyingkirkanya, maka kita akan mendapat pahala dan ampunan dari Allah SWT.
7)   Bekerja
v  Anjuran dan keutamaan bekerja :
جاء في الحديث القدسى : يقول الله تعالى للملا ئكة الموكلين بأرزاق بنى آدم : ايما عبد وجد تموه جعل اهم هما واحدا فضمنوا رزقه السموات والا رض. وايما عبد وجد تموه طلبه فانه تحرى العدل فطيبواله ويسرواعليه. وان تعد ى الى خلا ف ذلك فخلوابينه وبين ما يريد ثم لا ينال فوق الدرجه التى كتبتهاله. رواه ابو نعيم عن ابى هريرة.
Tersebut dalam Hadis Qudsi yang berbunyi : “Allah berfirman kepada malaikat ynag diserahi tugas mengurus rezeki-rezeki anak Adam : “siapapun hambaKu yang kamu dapati dia menuju cita-cita yang satu (bertaqwa menuju ridho Illahi). Maka jaminlah oleh kamu rezekinya dari langit dan bumi dan siapapun hambaKu yang kamu dapati mencari rezekinya itu dengan adil, maka murnikanlah dan mudahkanlah rezeki itu baginya , dan jika dia melanggar ketentuan yang demikian degan cara lain biarkanlah ia berbuat sekehendak hatinya kemudian ia pasti tidak akan dapat mencapai derajat diatas dari apa yang telah Aku tentukan baginya ( diriwayatkan oleh Abu Nua’im dari Abu hurairah).
Kandungan hadis : Allah menganjurkan manusia untuk bekerja degan cara yang baik dan adil (halal), maka Allah akan memudahkan rezekinya melalui malaikat yang bertugas mengurusi rezeki-rezeki manusia, dan apabila ia bekerja dengan cara tidak baik, maka Allah tidak akan memberikan derajat yang baik kepadanya.
Selain dari pada itu ada juga ibadah yang masih diperdebatkan apakah ibadah tersebut tergolong ibadah mahdah atau ibadah ghairu mahdah, contoh nya seperti di jelaskan dibawah ini.
Ø  Membaca Al Qur’an
Ibadah membaca Al Qur’an termasuk ibadah ghairu mahdhah karena dilakukan atas kesadaran sendiri atau tidak diwajibkanNya dalam arti jika ditinggalkan tidak berdosa.
Walaupun dalam membaca Al Qur’an ada syarat mengikuti salah satu dari tujuh qira’at dari Imam Qira’at yang sangat masyhur namun jika tidak terpenuhi tidak berdosa sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yakni “Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur`an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala“. (HR Muslim)
Ø  Doa dan Sholawat
Ibadah doa dan sholawat termasuk ibadah ghairu mahdhah karena dilakukan atas kesadaran sendiri atau tidak diwajibkanNya dalam arti jika ditinggalkan tidak berdosa.
Perintahnya adalah berdoalah dan bersholawatlah.Berdoa dan bersholawat tidak wajib sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Berdoa dan bersholawat boleh mempergunakan bahasa kita sendiri yakni bahasa Indonesia atau bahasa daerah.
Contoh untaian doa dan dzikir atau ratib Al Haddad , tentulah Rasulullah tidak pernah membaca ratib Al Haddad karena ratib Al Haddad dibuat oleh Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad sekitar 1071 H namun ratib Al Haddad tidak termasuk bid’ah sayyiah ataupun bid’ah dholalah. Untaian doa dan dzikir, Ratib Al Haddad termasuk perkara baru dalah ibadah ghairu mahdhah atau perkara baru (bid’ah) dalam kebiasaan.
Berdoa memohonkan ampunan bagi orang kafir tidak diperbolehkan karena telah melanggar laranganNya
Firman Allah ta’ala yang artinya
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam.” (QS. At Taubah [9]:113)
Kita boleh bersholawat dengan matan/redaksi sholawat sebagaimana yang kita ingin mengungkapkan kecintaan kepada Rasulullah selama matan/redaksi sholawat tidak menyalahi laranganNya atau selama matan/redaksi sholawat tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah
Para Sahabat pernah ditegur oleh Rasulullah ketika bersholawat mengisi keramaian pesta pernikahan diiringi rebana dan bertawassul pada para syuhada Badar pada matan/redaksi “Dan di tengah-tengah kita ada seorang Nabi, yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari.” karena Rasulullah mengetahui kejadian-kejadian di kemudian hari hanya berdasarkan apa yang diwahyukanNya.
Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufadldlal Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Dzakwan ia berkata; Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin ‘Afran berkata; suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan masuk saat aku membangun mahligai rumah tangga (menikah). Lalu beliau duduk di atas kasurku, sebagaimana posisi dudukmu dariku.Kemudian para budak-budak wanita pun memukul rebana dan mengenang keistimewaan-keistimewaan prajurit yang gugur pada saat perang Badar.Lalu salah seorang dari mereka pun berkata, “Dan di tengah-tengah kita ada seorang Nabi, yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari.” Maka beliau bersabda: “Tinggalkanlah ungkapan ini, dan katakanlah apa yang ingin kamu katakan.” (HR Bukhari 4750)
Dari hadits di atas, kita boleh bersholawat dengan matan/redaksi sholawat sebagaimana yang kita ingin mengungkapkan kecintaan kepada Rasulullah sebagaimana sabda Rasulullah pada bagian akhir hadits tersebut yakni “katakanlah apa yang ingin kamu katakan.”
 Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a.      Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.
b.      Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c.       Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d.      Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridho Allah masuk ke dalam ranah ibadah ghoiru mahdoh.
Lha itu peringatan mulid nabi, isro’ mi’roj  kan juga bid’ah tho ustadz? Betul, itu bid’ah namun ia masuk ke dalam kategori sunnah hasanah (bukan sunnah sayyi-ah). Mengapa? Dahulu Buya Hamka ketika kali pertama mendengar  aktifitas Maulid Nabi dan Isro’ Mi’roj juga mengatakan itu adalah bid’ah sesuatu yang tidak pernah dijalankan oleh Rasulullah. Namun ketika beliau menyaksikan sendiri rangkaian kegiatan tersebut  yanga ternyata berisi dzikir-dzikir kepada Allah dan mauidhoh hasanah yang mengajak umat untuk amar ma’ruf nahi munkar serta untuk menteladani pribadi Rasulullah dan memikirkan kekuasaan Allah yang telah menjalankan hambaNya Muhammad saw dari Masjidil Haram-Masjidil Aqsha-Sidratul . Tentang Isra’ Mi’raj dalam Alqur’an disinggung Q.S. Al Isra’ : 1
Artinya ; “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Bagaimana Umat akan bisa melihat kekuasaan Allah yang demikian hebat ini kalau mereka tidak pernah diajak untuk mengaji (baca mengkaji)? Apalagi menjelaskan kepada para pengikut Alqiyadah yang notabene tidak meyakini adanya Isra’ Mi’raj. Mereka tidak akan percaya begitu saja dengan keterangan-keterangan normatif. “Itu kan sudah diinginkan Allah.Kalau Allah berkehendak apapun akan terwujud.”
Lha itu kan Isra’ Mi’raj, lha Maulid nabi kan tidak ada dalilnya ustadz?
Sampeyan ini bagaimana, lihatlah sejarah bagaimana awal mula Maulid nabi diselenggarakan oleh Salahuddin Al Ayyubi (Alqur’an memerintahkan kita untuk melihat  masa lalu untuk masa yang akan datang lihat Q.S. Al Hasyr  (59) : 18)
Sekarang bagaimana umat bisa paham ayat Q.S. Al Ahzab (33) :21? Yang membahas tentang perilaku nabi Muhammad bahkan menteladani perbuatannya (uswatun hasanah) kalau mereka tidak pernah tahu? Baca buku ogah, lihat film tentang sejarah nabi kalah dengan Hollywood  dan Bollywood. Lalu pakai apa dong?
“Makanya ngaji dong ustadz?”
Apa menurut sampeyan semua orang bisa kayak sampeyan ngaji rutin berjam-jam. Tidak semua orang memiliki kesempatan dan peluang seperti sampeyan.Oleh karena itu harus ada media yang bisa mengajak mereka untuk ngaji bareng dalam suasana yang elegan, tidak terlalu formal.Di sinilah diperlukan HIKMAH dalam kita mengajak umat untuk menuju jalan Tuhan.
Lihat Q.S. An Nahl (16) : 125 :
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك
هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan HIKMAH dan pelajaran yang baik (Mauidhoh Hasanah) dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dalam Islam ada dalilul ‘am (Dalil umum) dan dalilul khos (dalil khusus). Seperti halnya ibadah di atas yang terbagi ke dalam 2 bagian, yakni ibadah dalam artian khusus (ibadah mahdhoh) dan ibadah dalam artian umum (ibadah ghoiru mahdhoh).  Maka ketika dalil khusus tidak dijumpai kita harus merujuk kepada dalil ‘am.
Dengan demikian, kalau kegiatan pengajian Maulid nabi Isra’ Mi’raj itu diberangus, apa bisa sampeyan menciptakan sebuah forum atau kegiatan yang dapat menarik sekian banyak orang untuk turut serta ngaji? Kalau bisa ya tidak apa-apa malahan bagus.Di sinilah perlunya KREASI, IDE-IDE CERDAS yang mengajak kepada kebaikan. Kapan Islam bisa mengikuti perubahan zaman yang kian modern kalau kita senantiasa mundur ke zaman onta?.
D.    Hakikat Ibadah
            Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu [3] :
خُضُوعُ الرُّوْحِ يَنْشَا ُعَنِ اسْتِشْعَارِالقلبِ بمحبة ِالمعبودِ وعظَمتهِ اعتقادا بان للعالم سلطا نا لايدْرِكُهُ العقلُ حقيقَتَهُ
“ ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beri;tiqad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya".
Adapun seorang arif juga mengatakan bahwa hakikat ibadah yaitu :
اصل العبادةِ ان ترضى لله مد براومختارا, وترضى عنه قاسما ومعطيا ومانعا وترضاه اِلهًا ومعبودا
“ pokok ibadah itu, ialah engkau meridhoi Allah selaku pengendali urusan; selaku orang yang memilih; engkau meridhai Allah selaku pembagi, pemberi penghalang (penahan), dan engkau meridhai Allah menjadi sembahan engkau dan pujaan (engkau sembah)
Didalam ibadah itu terdapat berbagai macam penghalang ibadah [4]. Penghalangnya yaitu :
1.      Rezeki dan keinginan memilikinya,
2.      Bisikan-bisikan dan keinginan meraih tujuan,
3.      Qadha; dan pelbagai problematika, dan
4.      Kesusahan dan berbagai musibah.
E.     Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyari’atkankecuali berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Apa yang tidak di syari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak ), hal ini berdasarkan sabda Nabi :
مَنْ عَمَِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ.
“ Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari Kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang menjadi syarat bagi diterimanya. Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam yaitu[5]:
1.      Ikhlas
قل انى امرت ان اعبد الله مخلصا له الدين. وامرت لان اكون اول المسلمين (الزمر:11-12)
“Katakan olehmu, bahwasannya aku diperintahkan menyembah Allah (beribadah kepada-Nya) seraya mengikhlaskan ta’at kepada-Nya; yang diperintahkan aku supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri kepada-Nya.”
2.      Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
........فمن كان يرجوالقاءربه فليعمل عملاصالحاولايشرك بعبادةربه احدا (الكهف:110)
“Barang siapa mengharap supaya menjumpai Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh, dan janganlah ia mensyarikatkan seseorang dengan tuhannya dalam ibadahnya itu”
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.
Ulama’ ahli bijak berkata: inti dari sekian banyak ibadah itu ada 4, yaitu[6]:
الوفاء بالعهدود والمحافطة على الحدودوالصبر على المفقو والرضا بالموجود
1. Melakasanakan kewajiban-kewajiban Allah
2. Memelihara diri dari semua yang diharamkan Allah
3. Sabar terhadap rizki yang luput darinya
4. Rela dengan rizki yang diterimanya.



BAB 3
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Ibadah merupakan suatu uasaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah dalam islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah. Seorang hamba yang ibadahnya ingin dikabulkan hendaklah haruis memenuhi 2 syarat yaitu ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
B.      SARAN
Demikian lah makalah yang telah saya, makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran anda semua.

C.      PENUTUP
Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yng telah ditentukan.Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri dan para pembaca sekalian.Kami memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penulisan dalam materi yang disuguhkan dalam makalah ini.Terakhir kami sampaikan selamat membaca.